Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 21 Mei 2012

Salju Luruh di Pirak Timu

SEPARUH hari, sinar matahari terik membakar sebagian besar daerah di Kabupaten Aceh Utara, Jumat (6/5/2011). Seperti suhu politik belakangan ini menjelang pemilihan umum kepala daerah, begitulah cuaca pada siang hari. Namun, matahari hanya bersinar garang setengah hari saja. Setelah itu, mendung datang dan hujan turun dengan deras.
Hasballah Mansur (25) sedang dalam perjalanan dengan mobilnya ketika hujan turun. Semula, ia merasa seperti hujan biasa kendati sangat deras. Ketika mendengar suara guyuran hujan itu terdengar lebih keras dari biasa, seperti ribuan batu kerikil yang ditumpahkan dari langit, Hasballah keluar dari mobilnya untuk melihat apa yang terjadi. Ia menyaksikan pemandangan yang belum pernah dilihat secara langsung seumur hidupnya. Hujan salju turun dari langit bersama air hujan. Hasballah adalah warga Teupin Keube Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara, dan ia sedang berada di Matangkuli, bukan di negara Eropa yang terbiasa dengan salju.
Bukannya senang bisa menyaksikan salju secara langsung untuk pertama kalinya. Hasballah justru takut. Ia sempat cemas dan berpikir macam-macam. “Saya malah mengira ini tanda kiamat,” katanya.
Hujan salju bukan hanya turun di Teupin Keube, Matangkuli. Tetapi juga terjadi di Desa Asan Krueng Kreh, Desa Geulumpang, Bunggong, Rayeuk Pange, Matang Keh, dan Meunasah Leupe di Kecamatan Pirak Timu. Selain itu juga terjadi di di Desa Keude Blang, serta Desa Asan Ara Keumudi, Kecamatan Lhoksukon.
Seperti halnya Hasballah, sejumlah warga di kawasan tersebut sempat panik dengan turunnya hujan es di sejumlah desa selama 4 – 15 menit. Penduduk menduga ada bencana karena butiran es sebesar biji jagung menimpa atap rumah mereka sebelum mencair.
Seorang warga Desa Asan Krueng Kreh, Abdul Majid (35), menyebutkan awalnya hujan turun seperti biasa berupa ada air dan sesekali terdengar halilintar. Tak lama berselang, warga mendegar suara keras dari atap rumah. “Setlah saya periksa ternyata hujannya keras seperti es, dan sebesar biji jagung,” ungkap Abdul Majid. Dia sempat memotret hujan es itu dengan menggunakan kamera di handphone. Lalu, butiran es itu pun mencair.
Menurut Majid, masyarakat sempat panik dan ketakutan ketika mengetahui bahwa ada hujan es karena mengira aka nada bencana besar bahkan ada yang mengaitkan dengan tanda-tanda kiamat. “Tapi masyarakat bisa tenang setelah hujan salju berhenti,” tandas Majid.
Kepala Desa Rayeuk Pange, Abdullah, mengaku tidak terkejut lagi dengan kondisi serupa karena sudah terjadi di daerah itu empat tahun silam. “Jadi, masyarakat tidak perlu takut. Hal ini pernah terjadi, hanya ada yang tidak tahu,” katanya.
Sementara itu, di Kecamatan Paya Bakong, Tanah Pasir, Tanah Luas, dan Kecamayan Syamtalira Aron yang merupakan kawasan sekitar Matang Kuli, Pirak Timu, dan Lhoksukon, terjadi hujan deras dan angin kencang tanpa adanya hujan es. Sedangkan di kawasan Kota Lhokseumawe cuaca sangat terik.
Hujan es di daerah tropis merupakan fenomena alam yang sudah pernah terjadi di daerah lain. Salju misalnya juga pernah turun di Jakarta awal 2011 silam. Kondisi cuaca belakangan ini memang sulit diprediksi karena gampang berubah dan memperlihatkan gejala yang tidak lazim sebagaimana hujan salju di Pirak Timu dan daerah lainnya. Namun, gejala alam tersebut bukan berarti harus disikapi dengan kepanikan, apalagi sampai mengambil keputusan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Sudah saatnya masyarakat Aceh lebih mendalami metereologi dan geofisika agar lebih bisa memahami alam, sebelum menjadi korban bencana alam. [ayi jufridar]



0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Blogger Gadgets