Translate This Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 01 Juli 2012

Rakyat Aceh Tak Perlu Ucapkan ‘Terima Kasih Gubernur’, GAM: Garuda Dijidadku

Acehtraffic.com - Setelah gubernur Aceh yang baru dilantik beberapa waktu yang lalu, ribuan ucapan terimakasih dari pasangan gubernur terpilih terhadap rakyat aceh yang telah memilih pasangan dari partai PA dimuat di beberapa koran lokal bahkan hingga memasang spanduk berisikan ucapan terima kasih di seluruh penjuru provinsi tanah rencong.

Perlukah itu semua dilakukan? bukanlah ucapan terimakasih dalam bentuk kata-kata di lembaran koran yang diinginkan rakyat Aceh karena kata-kata dikoran tersebut akan berakhir menjadi pembungkus ikan asin juga bukan sekedar ucapan dalam bentuk spanduk yang diharapkan rakyat Aceh. Spanduk yang terbentang dilangit-langit badan jalan raya yang diapit oleh kedua toko yang saling bersisian bagaikan sebuah jemuran dan menjadi tempat persinggahan debu dan polusi udara dan jika telah usang digunakan sebagai penutup tinja rakyat miskin untuk melindungi auratnya saat membuang hajat.

Baiknya gubernur terpilih menunjukkan ucapan terima kasihnya dalam bentuk tindakan tanpa perlu mengucap kata terimakasih menggunakan iklan diberbagai media cetak maupun spanduk yang tidak sedikit menguras biaya. Syukur-syukur jika dana ucapan terimakasih itu digunakan uang pribadinya namun bagaimana jika ternyata iklan ucapan terimakasih digunakan dengan uang rakyat ? 

Dan jika itu memang uang rakyat maka kata yang lebih tepat dalam iklan dimedia maupun spanduk adalah “terima kasih rakyat Aceh yang telah membayar pajak karena dengan pajak anda kami dapat mengucapkan terimakasih melalui iklan dimedia cetak dan spanduk ini, semoga kedepan anda lebih rajin membayar pajak dan tidak ada yang nunggak sehingga kami dapat mengiklankan ucapan terimakasih kami lebih banyak lagi”.

Sekarang rakyat Aceh telah memilih Zaini Abdullah sebagai gubernur dan Muzakir Manaf sebagai wakil gubernur tampil sebagai pemenang pada pesta rakyat yang ternoda tahun 2012 ini. Lupakan sejenak jika pasangan gubernur itu terpilih karena intimidasi dan teror ditangani ‘pengocok hukum’, malah kepolisian sendiri tak mau lagi mempersoalkannya, yang terpenting saat ini rakyat Aceh menunggu “terima kasih” pasangan gubernur terpilih bukan dalam bentuk ucapan belaka, lebih dari itu rakyat Aceh menunggu implementasi wujud terimakasih. Mereka [Zaini abdullah dan Muzakir manaf] tentu masih ingat program kerja yang mereka tawarkan dan dirampungkan kedalam visi dan misi pada saat mereka berjualan dipentas kampanye pemilu 2012 lalu. 

Rakyat Aceh sama-sama mengharapkan agar pasangan gubernur terpilih tidak melupakan janjinya dengan mengatakan “saya sudah lupa tuh ?!?!” karena visi dan misi itulah yang dinanti-nantikan rakyat Aceh. Itulah produk mereka yang laku dipasar pemilu 2012 bukan karena pendidikan Gubernur Dr Manusia [Zaini Abdullah] yang notabene hanya mengecap S1 sementara wakilnya Muzakir manaf hanya tamatan sekolah dasar dan jika pun memiliki ijazah SMA mungkin tak jauh berbeda dengan para anggota DPRA yang kebanyakan lulusan paket galian C.

Kabar angin tak sedap pun berembus hingga ketelinga para pengemis dijalanan dekat lampu merah. Begitu banyak orang terdekat pasangan gubernur terpilih sekarang yang kaya mendadak lalu bagaimana dengan rakyat Aceh ? apakah mereka dibiarkan terus meratapi kemiskinannya sementara di bumi Aceh kaya akan sumber daya alam? Ataukah rakyat Aceh itu sendiri bukan orang terdekat Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf seperti yang mereka suarakan pada saat kampanye dihadapan ribuan rakyat aceh yang memerahkan lapangan terbuka, “hai syedara lon ban mandum yang meutuah, jinoe geutanyoe ban ban dum ka bla bla bla” namun ketika mereka telah terpilih saudara atau kerabat dekatnya hanya segelintir orang dari partai Aceh.

Salah satu jendral TNI yang disebut-sebut ikut bertanggung jawab terhadap pembantaian rakyat Aceh pun kini dipeluk dan berjabat erat penuh mesra, apa kata Mualem “sejak dulu kami sudah dekat” wowww sesuatu bhangeeet?, cepat akrab walau beda ideologi suatu tindakan yang tak pernah dilakukan terhadap rakyatnya sendiri padahal ketika konflik rakyat ikut merasakan pahit getirnya perang, bahkan jumlah korban terbanyak terdapat dari kalangan rakyat yang tak berdosa.

Jika para serdadu TNI ‘garuda didadaku’ maka eks GAM sekarang ‘garuda di jidadku’ sementara rakyat Aceh tidak mau lagi mengharapkan hal yang mustahil ‘Udep beusare matee beu saja’ karena menurut mereka kata-kata tersebut telah punah sebagaimana punahnya masa kejayaan Aceh dimasa lampau. Rakyat Aceh sekarang lebih mengharapkan poin sila ke 4 dari pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Rakyat Aceh butuh seorang pemimpin yang arif dan bijaksana bukan penjilat pantat Presiden di Istana merdeka [lumbung korupsi] dan juga bukan pemimpin kesetanan yang mengobral kata pengkhianat jika beda aliran politik sesatnya. 

Semoga di era kepemimpinan Partai Aceh keinginan rakyat Aceh tercapai, kini saatnya untuk membuktikan janji kampanye Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf. Buktikan Partai Aceh !!! Buktikan Merahmu !!! Jangan kau gelapkan harapan rakyat Aceh dengan garis hitammu, jangan kau penggal rakyat Aceh dengan bulan sabitmu dan semoga bintang tidak berubah menjadi martil yang menyilangi bulan sabit karena Aceh bukan Nanggroe Komunis Bapak Teungku.

Hermansyah, Penulis adalah anak laut korban pembangunan tanggul pemecah ombak bibir pantai Lhokseumawe, berdarah Kalimantan – Aceh saat ini Berdomisili di Lhokseumawe.

Sumber : http://www.acehtraffic.com/2012/07/rakyat-aceh-tak-perlu-ucapkan-terima.html

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Blogger Gadgets